“Nilam Aceh: Inti Aroma yang Mendunia”
Tentang Nilam
Potensi Nilam sebagai Emas Hijau Aceh
Nilam atau Posgostemon cablin dalam bahasa latin merupakan tanaman penghasil minyak atsiri atau essential oil yang paling diincar di seluruh dunia. Minyak nilam ini dibutuhkan sebagai bahan pengikat aroma dalam idustri parfum. Tanaman nilam ini berasal dari daerah tropis asia Tenggara, khususnya wilayah Indonesia, Filipina dan India. Di Indonesia sendiri, nilam memiliki beberapa varietas utama, seperti nilam Aceh, nilam Jawa, dan nilam Sabun, masing-masing dengan karakteristik dan kualitas minyak atsiri yang berbeda. Nilam telah diakui sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia, loh. Fakta menariknya, Indonesia merupakan negara produsen utama minyak nilam dunia, menguasai berkisar 95% pasar dunia.
Aceh sendiri merupakan daerah yang sudah terkenal akan hasil budidaya nilamnya. Produksi minyak nilam Aceh hingga Maret 2024 mencapai 1,27 ton dengan omzet mencapai Rp1,1 miliar. Nilam Aceh merupakan minyak atsiri yang kualitas minyaknya lebih tinggi dari nilam
Jawa dan Sabun. Nilam Aceh memiliki kadar minyak sekitar 2,5-5%. Nilam Aceh juga memiliki daun yang halus, tepi daun bergerigi tumpul dan ujung daunnya yang runcing. Nilam aceh memiliki keistimewaan yaitu. minyak atsiri yang dihasilkan oleh nilam Aceh memiliki kandungan patchouly alcohol (pa) di atas 30 persen, memberikan aroma yang khas, kuat, dan tahan lama. Senyawa ini memberikan aroma khas yang earthy, woody dan sedikit manis yang menjadi ciri khas parfum-parfum oriental.
Selain itu, iklim dan kondisi tanah di Aceh sangat mendukung pertumbuhan tanaman nilam sehingga menghasilkan kualitas minyak yang lebih baik. Ada tiga varietas nilam Aceh yang terkenal yaitu nilam Tapak Tuan, nilam Lhoksemawe dan nilam Sidikalang. Ketiga varietas tersebut dapat dibedakan dari warna ujung pangkal batangnya. Nilam Aceh memiliki potensi ekonomi yang sangat besar sehingga dijuluki sebagai “Emas Hijau dari Aceh”. Nilam Aceh merupakan bahan baku utama industri parfum kelas dunia. Minyak atsiri yang dihasilkan dari nilam Aceh memiliki keotentikan tersendiri, yang menjadikan minyak nilam Aceh memiliki aroma khas yang diincar dalam dunia industri parfum, kosmetik, aromaterapi hingga farmasi.
Nilam Aceh bukan hanya sekedar tanaman, nilam telah menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Aceh. Nilam menjadi sumber pengahasilan utama, pencipta lapangan kerja, pengembangan UMKM, devisa negara dan pelestarian budaya. Meskipun memiliki potensi yang besar, pengembangan industri nilam di Aceh juga menghadapi beberapa tantangan, seperti fluktuasi harga pasar, persaingan dengan negara produsen lain, dan kurangnya teknologi pengolahan yang canggih. Namun, peluang untuk mengembangkan industri nilam Aceh masih sangat terbuka lebar, terutama dengan adanya permintaan pasar yang tinggi terhadap minyak nilam berkualitas. Proses pembuatan minyak nilam ini memerlukan waktu yang sangat panjang. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mahalnya minyak nilam.
Sumber : https://biodiversitywarriors.kehati.or.id/
Penulis : Amelia Astuti
The History of Aceh Patchouli Oil
NILAM
Nederlands Indische Landbouw Maatschappij Nederlands Indische Landbouw Atjeh Maatschappij the Dutch company that did business of patchouly
1824
Setelah keterlibatan Inggris dalam perang antara VOC dan rakyat Indonesia serta konflik Belanda dengan Napoleon di Eropa, kewenangan VOC untuk memiliki tentara diambil oleh kerajaan. Urusan perdagangan kemudian diambil alih oleh Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) atau Maskapai Perdagangan Belanda.
1884
Terjadi krisis gula di Eropa yang menyebabkan NHM — awalnya hanya bertindak sebagai bank pemberi modal — ikut mendirikan perkebunan tebu dan pabrik gula, salah satunya di Cot Girek, Aceh Utara.
1895
NHM mulai mengembangkan komoditas lain seperti kopi, teh, dan tembakau. Salah satu tanaman baru yang dibawa dari Filipina adalah Pogostemon cablin (nilam), yang ditanam di sela-sela perkebunan kopi di Pasaman Barat.
1873–1914
Terjadi Perang Aceh yang berlangsung selama puluhan tahun antara Kesultanan Aceh dan pemerintah kolonial Belanda.
1900–1916
Krisis moneter di Eropa memaksa NHM memecah diri menjadi dua: NHM tetap mengurus perbankan, sedangkan unit industri agro diambil alih oleh Nederlandsch-Indische Landbouw Maatschappij (NILM) atau Maskapai Industri Agro Hindia-Belanda.
1920
NILM mulai membangun unit penyulingan Pogostemon cablin dan menjual hasil minyaknya dengan nama "Minyak NILM" — inilah cikal bakal dari minyak nilam yang dikenal sekarang.
1940
AHG Blokzein mencoba mengembangkan nilam di Jawa Timur (35 ha) dan Jawa Tengah (Magelang) dengan spesies berbeda, yaitu Pogostemon heyneanus, karena jenis cablin hanya boleh dikembangkan oleh NILM.
Potensi Utama Komoditas Aceh
Seiring perjalanan panjang sejarah perdagangan rempah dan minyak atsiri di Nusantara, Aceh telah berkembang sebagai salah satu daerah penghasil komoditas unggulan Indonesia. Dari dataran tinggi Gayo hingga pesisir barat dan timur, sepuluh komoditas utama ini menjadi tulang punggung ekonomi daerah, menghubungkan tradisi pertanian masa lalu dengan inovasi industri modern.
Nilam (Patchouli)
Nilam Aceh dikenal di seluruh dunia berkat kadar patchoulol yang tinggi, menjadikannya bahan baku utama parfum, kosmetik, dan aromaterapi. Penyulingan minyak nilam dilakukan dengan teknik tradisional dan modern, menghasilkan aroma khas yang menjadi kebanggaan ekspor Aceh.
Pala (Nutmeg)
Dikenal sejak masa kolonial sebagai rempah bernilai tinggi, pala Aceh menghasilkan biji dan minyak atsiri berkualitas. Komoditas ini dimanfaatkan dalam industri makanan, farmasi, dan parfum, serta menjadi identitas perdagangan rempah di wilayah barat Indonesia.
Serai Wangi (Citronella)
Serai wangi tumbuh subur di dataran tinggi Aceh Tengah dan Gayo Lues. Minyak citronella yang dihasilkannya digunakan untuk parfum, sabun, dan produk alami. Komoditas ini ramah lingkungan dan mendukung perekonomian masyarakat pedesaan.
Cengkeh (Clove)
Cengkeh Aceh menjadi komoditas penting untuk industri rokok dan minyak atsiri. Kandungan eugenolnya yang tinggi memberikan aroma kuat serta manfaat medis. Produksi cengkeh mendukung ekonomi pesisir barat-selatan Aceh.
Lada (Pepper)
Lada Aceh memiliki rasa pedas khas dan aroma tajam yang menjadi ciri rempah berkualitas. Dikenal sejak masa Kesultanan Aceh, lada menjadi simbol kekayaan rempah yang kini kembali dikembangkan melalui program revitalisasi perkebunan rakyat.
Kopi (Coffee)
Kopi Gayo dari dataran tinggi Aceh merupakan kopi arabika premium dengan cita rasa lembut dan aroma rempah khas. Telah mendapatkan sertifikat *Fair Trade* dan *Geographical Indication*, kopi ini menjadi simbol keunggulan ekspor Aceh di kancah dunia.
Kakao (Cocoa)
Kakao Aceh diolah menjadi biji fermentasi berkualitas tinggi yang digunakan dalam industri cokelat dan makanan. Dukungan terhadap teknologi pengolahan dan pemasaran meningkatkan nilai tambah bagi petani lokal.
Karet (Rubber)
Karet menjadi komoditas penting di Aceh Timur dan Tamiang, menghasilkan lateks untuk industri otomotif dan manufaktur. Peremajaan kebun karet terus dilakukan untuk menjaga produktivitas dan mutu hasilnya.
Kelapa (Coconut)
Kelapa Aceh diolah menjadi berbagai produk turunan seperti minyak kelapa, VCO, dan kopra. Industri kelapa rakyat mendukung ekonomi pesisir dan menjadi bahan dasar berbagai produk ekspor bernilai tinggi.
Kelapa Sawit (Palm Oil)
Kelapa sawit menjadi sektor unggulan di Aceh Timur dan Nagan Raya. Produk CPO dan turunannya digunakan untuk industri makanan, kosmetik, dan energi. Program sawit berkelanjutan terus dikembangkan untuk menjaga keseimbangan antara ekonomi dan ekologi.
🌿 RUTE PERDAGANGAN PATCHOULI OIL (NILAM ACEH) — LENGKAP
Alur produksi dan distribusi patchouli oil Aceh hingga ke industri parfum dunia.
1. Tahap Produksi di Perkebunan Nilam Aceh
Sentra produksi utama berada di:
- Aceh Jaya
- Aceh Besar
- Aceh Selatan
- Gayo Lues
- Aceh Barat Daya
Proses awal
- Panen daun – memilih daun dengan kadar minyak tinggi.
- Pengeringan – dijemur 3–5 hari.
- Penyulingan – metode steam distillation.
- Pemeriksaan kualitas – kadar PA & aroma.
2. Pengumpulan & Penyortiran
- Penyatuan batch
- Pengetesan ulang kualitas
- Standardisasi kadar PA
- Penentuan harga
3. Distribusi Darat ke Pelabuhan Belawan
- Packing drum 180 kg / jerigen 25–30 kg
- Pengiriman dengan truk ekspedisi
- Pemeriksaan dokumen di warehouse
4. Proses Ekspor Belawan
- Stuffing kontainer
- Fumigasi (opsional)
- Bill of Lading
- PEB & bea cukai
5. Jalur Laut Internasional
- Belawan – Indonesia
- Transit: Port Klang / Singapore
- Rotterdam / Hamburg
- Distribusi Eropa
6. Pelabuhan Tujuan Utama
- Rotterdam – Belanda
- Hamburg – Jerman
- Le Havre – Prancis
7. Pengolahan di Eropa
Refining:
- Pemurnian ulang
- Penghilangan warna
- Penyesuaian aroma
- Penyaringan sedimen
Blending:
- Pencampuran bahan
- Penyusunan formula parfum
- Uji kestabilan aroma
8. Patchouli Oil Menjadi Parfum Dunia
🌍 Peran Patchouli Aceh dalam Industri Parfum Global
Patchouli Aceh menjadi base note utama parfum dunia karena aromanya kuat dan tahan lama.
- Base note parfum premium
- Fixative alami penahan aroma
- Cocok untuk parfum woody, amber, oriental
- Bahan aromaterapi & wellness
